Prosesi
tari-tarian adat pada acara malam cangget dilakukan di dalam balai adat
yang disebut sesat. Penari yang
menari adalah pelaku begawei, panitia
gawei, tamu undangan (perwatin, penyimbang adat), dan
tari-tarian adat keseluruhannya diiringi oleh ansambel Talo Balak.[1]
Tarian-tarian adat tersebut adalah sebagai berikut.
(1). Tari Penglakeu Menganai
Tari Penglakeu Menganai adalah suatu tarian
adat yang ditarikan di dalam sesat oleh
panitia gawei yang belum menikah (pemuda)
dan tarian ini menggambarkan ekspresi kejantanan yang diungkapkan dengan gerak-gerak
pencak.[2]
Tarian ini ditarikan tidak berhadapan melainkan berbaris, dengan kata lain
penari yang di belakang menirukan penari di depannya begitu pula sebaliknya.
Perlengkapan
penari Penglakeu Menganai yaitu pandan
(hiasan yang melingkar di peci Penglakeu
Menganai berwarna kuning keemasan) dan sinjang (sarung adat). Tarian ini sebagai
tarian pembuka di malam cangget yang di
mulai pada jam 21:00 WIB tanggal 6 Maret 2013, dan dilakukan di penurunan sesat munggah dabung.
Gambar 1. Dua orang bujang (pemuda) sedang
melakukan tarian adat yaitu tarian Penglakeu
Menganai (Foto: Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(2). Tari Menganai
Tari Menganai adalah suatu tarian adat yang
ditarikan oleh bujang-bujang (pemuda)
dari kampung seselangan (kampung yang
wajib membantu dalam begawei) dan
tarian ini mengambarkan kecerian pemuda-pemuda anak penyimbang kampung yang diungkapkan dengan gerak mecak (pencak).[3] Pada saat malam
cangget di Kampung Kota Alam, terdapat tiga pemuda yang masing-masing
mewakili dari kampung-kampung seselangan.
Para pemuda
tiap-tiap kampung seselangan menari
menggunakan peralatan sarana seperti kopiah
emas (mahkota pria) dan memakai punduk (senjata adat Lampung yaitu keris)
yang diselipkan di pinggul masing-masing Menganai
Makkai serta memakai baju dalaman (singlet). Perlengkapan dalam tari Menganai yang sering memiliki istilah
lain menganai musik begurau (pemuda kampung yang seselangan menari bersama) ini yaitu awan telapah, kain andak
(kain putih), dan sinjang (sarung adat).
Gambar 2. Menganai
Makkai sedang menarikan tarian Menganai
(Foto:
Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(3). Tari Penglakeu Pegawo Mudo
Tari Penglakeu Pegawo Mudo adalah suatu
tarian adat yang ditarikan oleh panitia gawei
yang telah menikah. Tarian ini menggambarkan ekspresi kejantanan yang
diungkapkan dengan gerak-gerak mecak wirang (gerakan pencak silat) serta yang
menari termasuk saybul hajad.[4]
Tarian
panitia acara adat ini tidak menggunakan perlengkapan seperti payung andak, payung kuning dan awan telapah dikarenakan mereka yang
melakukan tarian bukan mewakili tiap marga atau tiap kampung melainkan mereka
menari karena kedudukan mereka adalah sebagai panitia di dalam gawei serta utusan dari saybul hajad. Gerakan penari dalam
tarian ini adalah mengikuti gerak penari di depannya. Perlengkapan tarian Penglaku Pegawo Mudo menggunakan pandan
(hiasan yang melingkar di peci penglakeu
berwarna kuning keemasan), sinjang (sarung adat), memakai punduk
(senjata adat Lampung yaitu keris) yang diselipkan di pinggul
masing-masing penari Penglaku Pegawo
Mudo.[5]
Gambar 3. Panitia gawei sedang menarikan tarian Penglakeu
Pegawo Mudo, dengan tidak berhadapan, melainkan berbaris
(Foto: Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(4). Tari Pegawo Mudo
Tari Pegawo Mudo adalah suatu tarian yang
ditarikan oleh kaum bapak-bapak yang masih muda dalam masa pernikahan dan
umurnya. Tarian ini ditarikan di dalam sesat
dan yang menarikannya diwakili dari tiap-tiap kampung seselangan dan saybul hajad.
Syarat untuk menarikan tarian Pegawo Mudo
ini adalah bapak-bapak yang telah bergelar adat pengiran atau tuan.[6]
Gambar 4. Tarian Pegawo Mudo dibatayan yang
ditarikan oleh saybul hajad (Foto:
Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(5).
Tari Tuho-Tuho
Tari Tuho-Tuho adalah suatu tarian adat yang
ditarikan oleh para tokoh adat yang disebut penyimbang,
dan tarian ini ditarikan oleh tiap-tiap perwakilan kampung yang bermarga
Nyunyai dan telah bergelar suttan serta
menggunakan peralatan pakaian tuho, awan
telapah, payung andak, payung kuning, dan dilingkari panitia gawei yang disebut dengan istilah digelung.[7]
Tarian ini ditarikan pada saat dini hari sekitar jam 02.00 WIB.
Gambar 5. Tarian tuho-tuho yang digelung
(dikelilingi panitia gawei)
(Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(6). Tarian Turun Mandei
Tari Turun Mandei adalah tarian yang
ditarikan oleh seorang pengantin yang baru saja beberapa hari sebelum begawei melakukan pernikahan, tarian ini
ditarikan untuk syarat sebelum mengambil gelar suttan.[8]
Prosesi tarian Turun Mandei ini
dilakukan di penurunan sesat munggah
dabung pada dini hari sekitar jam 03:10 WIB tanggal 7 Maret 2013, sedangkan
yang melakukan tarian Turun Mandei
adalah saudara Fatha (pengantin), beliau yang akan mengambil gelar suttan. Setelah selesai melakukan tarian
Turun Mandei, saybul hajad (pengantin)
melakukan secara simbolis mengipas-ngipaskan sapu tangan (serbet) ke kaki orang-orang yang dituakan seperti kepada orang tua,
mertua, paman dari pihak orang tua dan mertua. Prosesi ini memiliki istilah
sujud, sujud dilakukan untuk memohon doa agar dimaafkan kesalahannya,
dipermudahkan segala urusannya, cepat mendapatkan momongan (anak keturunan), dan prosesi akhir ditutup oleh doa
bersama agar segala kegiatan berkah dan bermanfaat.
Gambar 6. Tarian Turun Mandi yang dilakukan oleh saybul
hajad
(Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(7). Tari Serai Serumpun
Tari Serai Serumpun adalah tarian yang ditarikan
di dalam sesat, dilakukan oleh lima
orang kepala rumah tangga yang telah menjadi penyimbang dan bergelar adat suttan.
Para penyimbang tersebut mewakili
dari tiap-tiap kampung seselangan.[9]
Perlengkapan tarian Serai Serumpun
yaitu pakaian tuho-tuho, dan dari
empat orang yang dituakan dari kampung seselangan,
mengelilingi satu orang di tengahnya, serta berganti tiap mereka masuk
lingkaran tariannya dan tarian ini ditarikan pada jam 03:34 WIB tanggal 7 Maret
2013.
Gambar 7. Tarian Serai Serumpun
(Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(8). Tari Sabai
Tari Sabai adalah tarian dari pihak besan yang melakukan acara Begawei Mepadun.[10]
Perlengkapan tarian Sabai yaitu
pakaian tuho-tuho, dan awan telapah. Tarian ini dilakukan oleh
dua orang tuan rumah dari pihak keluarga laki-laki untuk menarikan tarian adat
tersebut, serta dilingkari (digelung) oleh
panitia bujang yang disebut penglaku gawei.
Gambar 8. Tarian Sabai (Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret
2013).
(9). Tari Igel Pepadun
Tari Igel Pepadun adalah tarian adat yang dilakukan oleh para suttan dan saybul hajad dari rumah yang punya acara gawei (nuwo batangan) ke dalam
sesat dengan diiringi tetabuhan/ansambel Talo Balak.[11]
Tarian Igel Pepadun pada masa lalu
dikenal juga dengan sebutan tari perang, karena tarian ini menggambarkan tarian
perang yang diekspresikan dengan gerak mecak
wirang (gerakan pencak silat).
Igel ada yang menyebut igol,
atau tigel adalah tari yang dilakukan
oleh laki-laki sebagai ekspresi kejantanan yang diungkapkan dengan gerak-gerak
pencak, dan gerakan mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil berjalan serta tarian
ini sebagai penutup keseluruhan tarian adat dalam prosesi pada malam cangget. Perlengkapan yang dipakai
dalam tarian Igel Pepadun ini yaitu awan telapah, payung andak, payung kuning,
serta pakain tuho-tuho.
Gambar 9.
Tarian Igel Pepadun
(Foto:
Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
Liputan yang lengkap, informatif dan sangat menarik
BalasHapusmakasih bang atas komentarnya,. :)
BalasHapus