Kamis, 05 Juni 2014

Acara tarian-tarian adat di malam "CANGGET"

           Prosesi tari-tarian adat pada acara malam cangget dilakukan di dalam balai adat yang disebut sesat. Penari yang menari adalah pelaku begawei, panitia gawei, tamu undangan (perwatin, penyimbang adat), dan tari-tarian adat keseluruhannya diiringi oleh ansambel Talo Balak.[1] Tarian-tarian adat tersebut adalah sebagai berikut.
(1). Tari Penglakeu Menganai
            Tari Penglakeu Menganai adalah suatu tarian adat yang ditarikan di dalam sesat oleh panitia gawei yang belum menikah (pemuda) dan tarian ini menggambarkan ekspresi kejantanan yang diungkapkan dengan gerak-gerak pencak.[2] Tarian ini ditarikan tidak berhadapan melainkan berbaris, dengan kata lain penari yang di belakang menirukan penari di depannya begitu pula sebaliknya.
            Perlengkapan penari Penglakeu Menganai yaitu pandan (hiasan yang melingkar di peci Penglakeu Menganai berwarna kuning keemasan) dan sinjang (sarung adat). Tarian ini sebagai tarian pembuka di malam cangget yang di mulai pada jam 21:00 WIB tanggal 6 Maret 2013, dan dilakukan di penurunan sesat munggah dabung.
Gambar 1. Dua orang bujang (pemuda) sedang melakukan tarian adat yaitu tarian Penglakeu Menganai (Foto: Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(2). Tari Menganai
            Tari Menganai adalah suatu tarian adat yang ditarikan oleh bujang-bujang (pemuda) dari kampung seselangan (kampung yang wajib membantu dalam begawei) dan tarian ini mengambarkan kecerian pemuda-pemuda anak penyimbang kampung yang diungkapkan dengan gerak mecak (pencak).[3]  Pada saat malam cangget di Kampung Kota Alam, terdapat tiga pemuda yang masing-masing mewakili dari kampung-kampung seselangan.
            Para pemuda tiap-tiap kampung seselangan menari menggunakan peralatan sarana seperti kopiah emas (mahkota pria) dan memakai punduk (senjata adat Lampung yaitu keris) yang diselipkan di pinggul masing-masing Menganai Makkai serta memakai baju dalaman (singlet). Perlengkapan dalam tari Menganai yang sering memiliki istilah lain menganai musik begurau (pemuda kampung yang seselangan menari bersama) ini yaitu awan telapah, kain andak (kain putih), dan sinjang (sarung adat).
Gambar 2. Menganai Makkai sedang menarikan tarian Menganai
(Foto: Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(3). Tari Penglakeu Pegawo Mudo
            Tari Penglakeu Pegawo Mudo adalah suatu tarian adat yang ditarikan oleh panitia gawei yang telah menikah. Tarian ini menggambarkan ekspresi kejantanan yang diungkapkan dengan gerak-gerak mecak wirang (gerakan pencak silat) serta yang menari termasuk saybul hajad.[4]
            Tarian panitia acara adat ini tidak menggunakan perlengkapan seperti payung andak, payung kuning dan awan telapah dikarenakan mereka yang melakukan tarian bukan mewakili tiap marga atau tiap kampung melainkan mereka menari karena kedudukan mereka adalah sebagai panitia di dalam gawei serta utusan dari saybul hajad. Gerakan penari dalam tarian ini adalah mengikuti gerak penari di depannya. Perlengkapan tarian Penglaku Pegawo Mudo menggunakan pandan (hiasan yang melingkar di peci penglakeu berwarna kuning keemasan), sinjang (sarung adat), memakai punduk (senjata adat Lampung yaitu keris) yang diselipkan di pinggul masing-masing penari Penglaku Pegawo Mudo.[5]
Gambar 3. Panitia gawei sedang menarikan tarian Penglakeu Pegawo Mudo, dengan tidak berhadapan, melainkan berbaris
 (Foto: Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(4). Tari Pegawo Mudo
            Tari Pegawo Mudo adalah suatu tarian yang ditarikan oleh kaum bapak-bapak yang masih muda dalam masa pernikahan dan umurnya. Tarian ini ditarikan di dalam sesat dan yang menarikannya diwakili dari tiap-tiap kampung seselangan dan saybul hajad. Syarat untuk menarikan tarian Pegawo Mudo ini adalah bapak-bapak yang telah bergelar adat pengiran atau tuan.[6]
Gambar 4. Tarian Pegawo Mudo dibatayan yang ditarikan oleh saybul hajad (Foto: Erizal Barnawi, 6 Maret 2013).
(5). Tari Tuho-Tuho
            Tari Tuho-Tuho adalah suatu tarian adat yang ditarikan oleh para tokoh adat yang disebut penyimbang, dan tarian ini ditarikan oleh tiap-tiap perwakilan kampung yang bermarga Nyunyai dan telah bergelar suttan serta menggunakan peralatan pakaian tuho, awan telapah, payung andak, payung kuning, dan dilingkari panitia gawei yang disebut dengan istilah digelung.[7] Tarian ini ditarikan pada saat dini hari sekitar jam 02.00 WIB.
Gambar 5. Tarian tuho-tuho yang digelung (dikelilingi panitia gawei)
 (Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(6). Tarian Turun Mandei
            Tari Turun Mandei adalah tarian yang ditarikan oleh seorang pengantin yang baru saja beberapa hari sebelum begawei melakukan pernikahan, tarian ini ditarikan untuk syarat sebelum mengambil gelar suttan.[8] Prosesi tarian Turun Mandei ini dilakukan di penurunan sesat munggah dabung pada dini hari sekitar jam 03:10 WIB tanggal 7 Maret 2013, sedangkan yang melakukan tarian Turun Mandei adalah saudara Fatha (pengantin), beliau yang akan mengambil gelar suttan. Setelah selesai melakukan tarian Turun Mandei, saybul hajad (pengantin) melakukan secara simbolis mengipas-ngipaskan sapu tangan (serbet) ke kaki orang-orang yang dituakan seperti kepada orang tua, mertua, paman dari pihak orang tua dan mertua. Prosesi ini memiliki istilah sujud, sujud dilakukan untuk memohon doa agar dimaafkan kesalahannya, dipermudahkan segala urusannya, cepat mendapatkan momongan (anak keturunan), dan prosesi akhir ditutup oleh doa bersama agar segala kegiatan berkah dan bermanfaat.
Gambar 6. Tarian Turun Mandi yang dilakukan oleh saybul hajad
 (Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(7). Tari Serai Serumpun
            Tari Serai Serumpun adalah tarian yang ditarikan di dalam sesat, dilakukan oleh lima orang kepala rumah tangga yang telah menjadi penyimbang dan bergelar adat suttan. Para penyimbang tersebut mewakili dari tiap-tiap kampung seselangan.[9] Perlengkapan tarian Serai Serumpun yaitu pakaian tuho-tuho, dan dari empat orang yang dituakan dari kampung seselangan, mengelilingi satu orang di tengahnya, serta berganti tiap mereka masuk lingkaran tariannya dan tarian ini ditarikan pada jam 03:34 WIB tanggal 7 Maret 2013.
Gambar 7. Tarian Serai Serumpun
(Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(8). Tari Sabai
            Tari Sabai adalah tarian dari pihak besan yang melakukan acara Begawei Mepadun.[10] Perlengkapan tarian Sabai yaitu pakaian tuho-tuho, dan awan telapah. Tarian ini dilakukan oleh dua orang tuan rumah dari pihak keluarga laki-laki untuk menarikan tarian adat tersebut, serta dilingkari (digelung) oleh panitia bujang yang disebut penglaku gawei.
Gambar 8. Tarian Sabai (Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).
(9). Tari Igel Pepadun
            Tari Igel Pepadun adalah tarian adat yang dilakukan oleh para suttan dan saybul hajad dari rumah yang punya acara gawei (nuwo batangan) ke dalam sesat dengan diiringi tetabuhan/ansambel Talo Balak.[11] Tarian Igel Pepadun pada masa lalu dikenal juga dengan sebutan tari perang, karena tarian ini menggambarkan tarian perang yang diekspresikan dengan gerak mecak wirang (gerakan pencak silat).
            Igel ada yang menyebut igol, atau tigel adalah tari yang dilakukan oleh laki-laki sebagai ekspresi kejantanan yang diungkapkan dengan gerak-gerak pencak, dan gerakan mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil berjalan serta tarian ini sebagai penutup keseluruhan tarian adat dalam prosesi pada malam cangget. Perlengkapan yang dipakai dalam tarian Igel Pepadun ini yaitu awan telapah, payung andak, payung kuning, serta pakain tuho-tuho.
Gambar 9. Tarian Igel Pepadun
(Foto: Erizal Barnawi, 7 Maret 2013).



  [1]Wawancara dengan Zainudin tanggal 5 Maret 2013, Firmansyah tanggal 12 Maret 2013 di rumah kediaman mereka masing-masing, diijinkan untuk dikutip.
    [2]Ibid. [3]Ibid. [4]Ibid. [5]Ibid. [6]Ibid.
    [7]Ibid. [8]Ibid. [9]Ibid. [10]Ibid. [11]Ibid.

2 komentar: